Studi Islam Pendekatan Sosiologi


STUDI ISLAM PENDEKATAN SOSIOLOGI
Oleh: Muhammad Ali
Mahasiswa Pascasarjana STAIN Jurai Siwo Metro


A.PENDAHULUAN

Muhammad Aiz, dalam Pengantar Islamic Studies (Kajian Islam) menyatakan bahwa Studi Islam adalah kajian tentang agama Islam dan aspek-aspek dari kebudayaan dan masyarakat muslim.[1] Berbeda dengan kajian yang biasa dilakukan dalam perspektif pemeluk Islam pada umumnya, Islamic Studies menurutnya tidak bersifat normatif. Dalam hal ini, Islam dipandang sebagai ajaran suatu agama yang sudah membentuk komunitas dan budaya, dilepaskan dari keimanan dan kepercayaan.
Dengan demikian, Islamic Studies menjadi kajian kritis dan menggunakan analisis yang bebas sebagaimana berlaku dalam tradisi ilmiah tanpa beban teologis atas ajaran dan fenomena keagamaan yang dikajinya.
Atau dengan sederhana dapat dikatakan sebagai usaha untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam. Atau dengan kata lain disebut dengan usaha sadar dan sistematis untuk mengetahui, memahami dan membahas secara mendalam tentang seluk beluk atau hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam, baik berhubungan dengan ajaran, sejarah, maupun praktek-praktek pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.
            Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari manusia dan interaksi manusia dengan manusia lain, interaksi seseorang individu dengan individu yang lain, atau individu dengan kelompok masyarakat, masyarakat dengan masyarakat, pemimpin dengan rakyat, rakyat dengan rakyat serta organisasi dengan organisasi.
            Hassan Shadily mendefinisikan sosiologi adalah : Ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan menyelidiki ikatan-ikatan anatara manusia yang menguasai hidupnya itu. Sosiologi mencoba mengerti sifat dan maksud hidup bersama cara terbentuk dan tumbuh serta berubahnya perserikatan-perserikatan hidup itu serta  kepercayaannya, keyakinan yang memberi sifat tersendiri kepada cara hidup bersama itu dalam tiap persekutuan hidup manusia.[2]
            Soerjono Soekanto mengartikan sosiologi sebagai suatu ilmu pengetahuan yang membatasi diri terhadap persoalan penilaian, Sosiologi tidak menetapkan kea rah mana sesuatu seharusnya berkembang dalam arti memberi petunjuk-petunjuk yang menyangkut kebijaksanaan kemasyarakatan dari proses kehidupan bersama tersebut. Di dalam ilmu ini juga dibahas tentang proses-proses sosial mengingat bahwa pengetahuan, struktur masyarakt saja belum cukup untuk memperoleh gambaran yang nyata mengenai kehidupan bersama dari manusia.[3]
            Sementara Syamsuddin Abdullah Mendefinisikan Sosiologi secara luas ialah Ilmu tentang masyarakat dan gejala-gejala mengenai masyarakat.[4]
            Dari tiga  definisi tersebut penulis berasumsi bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang menggambarkan tentang keadaan masyarakat lengkap dengan struktur lapisan serta berbagai gejala sosial lainya yang saling berkaitan.
            Oleh karena itu maka sosiologi dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam memahami agama karena tidak sedikit bidang ajaran agama yang baru dapat dipahami secara baik dan tepat apabila menggunakan bantuan dari ilmu sosiologi.
Abuddin Nata menjelaskan : Dalam agama Islam dapat dijumpai peristiwa Nabi Yusuf yang dahulu budak lalu akhirnya bisa jadi penguasa Mesir. Mengapa dalam tugasnya Nabi Musa harus dibantu oleh Nabi Harun, dan masih banyak lagi contoh yang lain. Beberapa peristiwa tersebut baru dapat dijawab sekaligus dapat ditemukan hikmahnya dengan bantuan ilmu sosial. Tampa ilmu sosial peristiwa-peristiwa tersebut sulit dijelaskan dan sulit pula dipahami maksudnya[5]
Dari Definisi dan penjelasan di atas maka disinilah letaknya sosiologi sebagai salah satu alat untuk mengenal masyarakat sedalam-dalamnya, supaya masyarakat itu bisa dipimpin, perlu sosiologi, karana itu Studi masyarakat dalam agama memperdalam pandangan ke dalam masyarakat yang hendak dipimpin dengan demikian maka sosiologi memberi kontribusi pada kehidupan masyarakat yang berlain-lainan dari masa kemasa, agama dan masyarakat merupakan suatu organism sosial yang merupakan suatu keutuhan karena terdapat hubungan –hubungan peranan antara satu sama lainnya. Masyarakat sebagai suatu organism sosial mempunyai hukum hidupnya sendiri. Dengan demikian maka siapapun yang hendak memimpin masyarakat hendaklah tahu hukum hidup maysarakat dengan berdasarkan pengetahuan tentang masyarakat atau sosiologi terlebih dalam memahami ajaran agama Islam dapat dikaji melalui persefektif sosiologis, ketika islam dilihat sebagai gejala sosial maka metode yang digunakan adalah pendekatan sosial.       Uraian diatas adalah yang menjadi spesifikasi bahan yang akan penulis uraikan dalam makalah ini. Dengan sistematika penulisan diantaranya :       Membahas latar belakang, ciri-ciri,watak dan kecenderungan, dan kekuatan kelemahan yang menandai pendekatan sosioligi dalam pengkajian Islam.
B. PEMBAHASAN
a.    Latar Belakang.
Ketika pemikiran Islam dikaji dengan meletakannya pada posisi hasil pemikiran ulama dan melihatnya secara interdisipliner, maka kajian seperti ini akan memerlukan disiplin lainnya dari luar ( Sosial science /humanities ). Kajian seperti ini masih dikatagorikan kajian Islam itu sendiri, bukan kajian disiplin ilmu lain. Lalu bagaimana kajian Islam dengan pendekatan ilmu Sosial ? Jawabannya sudah barang tentu sasaran utama kajian ilmu Sosial adalah perilaku sosial, sebagimana penulis tegaskan sebelumnya, dalam perilaku keseharihan umat Islam baik yang disadari maupun yang tidak disadari, tidak jarang yang berupa perilaku yang terpengaruh atau sebagi rialisasi ajaran Islam itu sendiri. Inilah yang menurut penulis salah satu ciri penting kajian Islam dengan menggunakan ilmu-ilmu sosial dengan kata lain, penggunaan disiplin ilmu sosial untuk mengkaji masyarakat Muslim mau tidak mau tidak akan terlepas dari kajian Islam itu sendiri dalam konteks sosial, dengan demikian maka untuk menemukan ciri-ciri” pendekatan ilmu-ilmu sosial “ untuk studi Islam sangatlah sulit. Hal ini disebabkan karena beragamnya pendapat di kalangan Ilmuwan sosial sendiri tentang validitas kajian yang mereka lakukan. Salah satu ciri utama penekatan ilmu-ilmu sosial adalah pemberian definisi yang tepat tentang wilayah telaah mereka.
Pada perinsipnya , sosiologi merupakan sebuah kajian ilmu yang berkaitan dengan aspek hubungan sosial manusia antara yang satu dengan yang lain, atau antara kelompok yang satu dengan yang lain.
Sosioligi menitikberatkan pada sistem (masyarakat) yang kompleks, sedangkan antropologi mengutamakan masyarakat yang erat dengan hubungan keberadaban (masyarakat sederhana) . Sosiologi merupakan ilmu sosial yang obyeknya adalah masyarakat , yang bersifat empiris teoris dan kumulatif.
Oleh karena itu kajian Islam, persoalan menjadi hal yang sangat menarik untuk dikaji. Demensi sosial ini biasanya disebut dengan istilah “muamalah” yani hubungan dengan manusia (hablum min an-nas) sedangkan dimensi yang satu lagi, lazim disebut “ibadah” atau demensi ritual, yakni hubungan langsung dengan Allah ( hablum min Allah). Dari dua dimensi penting ajaran Islam tersebut, teryata Islam adalah agama yang menekankan urusan sosial (muamalah) lebih besar dari urusan ibadah (ritual) islam ternyata lebih banyak memperhatikan aspek kehidupan sosial daripada aspek kehidupan ritual. Islam diantaranya mengajrakan bahwa seluruh bumi allah boleh dijadikan masjid (tempat sujud), yakni temapat yang luas mengabdi kepada Allah.
Menurut Jalaudin Rahmat.[6], aspek Muamalah (sosial) jauh lebih luas dan dipentingkan daripada ibadah (ritual), karena beberapa alasan diantaranya :
Pertama, dalam al-qur’an atau kitab-kitab hadits, proporsi terbesar dalam kedua sumber hukum tersebut berkenaan dengan masalah sosial (muamalah).
Kedua, adanya kenyataan jika urusan ibadah bersamaan waktunya dengan urusan muamalah yang sangat penting, maka ibadah boleh diperpendek atau ditangguhkan (tentu bukan ditinggalkan).
Ketiga, ibadah yang mengandung segi sosial kemasyarakatan, diberipahala yang lebih besar daripada ibadah yang dilakukan perseorangan.
Keempat, Jika urusan ibadah dilakukan tidak sempurna atau batal karena melakukan pantangan tertentu, maka kifaratnya adalah melakukan sesuatu yang berhubungan dengan muamalah.
Dari empat aspek muamalah di atas maka jika orang tidak baik dalam merumuskan muamalah( sosial) maka ibadah tidak dapat menutupnya, yang merampas hak orang lain, tidak dapat dihapus dosanya dengan shalat tahajud, yang berbuat dzalim, tidak akan hilang dosanya dengan membaca dzikir seribu kali, dan sebaginya , inilah pentingnya masalah sosial dalam Islam.
b. Ciri-ciri Pendekatan Ilmu Sosiologis .
Ciri-ciri dari pendekatan ilmu sosiologis dalam studi Islam sangatalah sulit. Hal ini disebabkan karena beragamnya pendapat di kalangan ilmuwan sosial sendiri tentang validitas kajian yang mereka lakukan. Ciri utama pendekatan ilmu sosial adalah pemberian definisi yang tepat tentang wilayah telaah mereka, salah satunya bahwa perilaku manusia mengikuti teori kemungkinan (possibility) dan objektivitas. Bila perilaku manusia itu dapat didefinisikan, diberlakukan sebagai entitas objektif, maka akan dapat diamati dengan menggunakan metode empiris dan juga dapat dikuantifikasikan. Dengan pendekatan seperti itu, ilmuwan sosial menggambarkan agama dalam karakter objektif, sehingga agama dapat “dijelaskan” dan peran agama adalam kehidupan masyarakat dapat dimengerti. Penelitian dalam ilmu sosial bertujuan untuk menemukan aspek empiris dari keagamaan.
Ciri-ciri Struktur sosial menurut Abdulsyani. ada 5 yaitu :
1.      Struktur sosial mengacu pada hokum-hukum sosial yang pokok yang dapat memberikan bentuk dasar pada masyarakat.
2.      Struktur sosial mencakup semua hubungan sosial antara individu-vindividu pada saat tertentu.
3.      Struktur sosial merupakan seluruh kebudayaan masyarakat yang dapat dilihat  dari sudut pandang teoritis.
4.      Struktur sosial merupakan realitas sosial yang bersifat statis atau kenyataan yang membeku.
5.      Struktur sosial merupakan tahapan perubahan dan perkembangan masyarakat yang mengandung dua pengertian , yaitu bersifat empiris dalam proses perubahan dan perkembangan  kedua: Dalam setiap perubahan dan perkembangan tersebut terdapat tahap tahap perhentian stabilitas, keteraturan dan integrasi sosial yang berkesinambungan sebelum kemudian terancam proses ketidak puasan dalam tubuh masyarakat.[7] 
Dengan demikian maka penulis berasumsi bahwa ciri-ciri kajian  pendekatan sosiologis adalah sekit perilakuar perilaku manusia mengikuti teori kemungkinan (possibility) dan objektivitas, mencakaup seluruh. hubungan individu dengan masyarakat, seluruh kebudayaan masyarakat yang dapat dilihat  dari sudut pandang teoritis, merupakan realitas sosial yang bersifat statis atau kenyataan yang membeku, serta perubahan dan perkembangan masyarakat.
c.Watak dan kecenderungan pendekatan sosiologis adalah:
            Studi Islam dengan pendekatan sosiologi tentu saja bagian dari studi sosiologis agama sebagimana yang penulis kemukakan diatas. Ada perbedaan tentang tema sentral sosiologi agama klasik dan modern, dalam sosiologis agama klasik tema sntralnya adalah hubungan timbal balik antara agama dan masyarakat, pemikiran dan pemahaman keagamaan, sedangakan dalam sosiologi tema sntralnya hanya ada pada satu arah yaitu bagimana agama mempengaruhi masyarakat. Akan tetapi penulis melihat studi Islam dengan pendekatan sosiologis, nampaknya lebih luas dari konsep sosiologis agama modern dan lebih dekat dengan konsep sosiologis agama klasik, yaitu mempelajari hubungan timbal balik anatara agama dan masyarakat.
            Asumsi diatas dilatar belakangi oleh pendapat yang dikemukakan oleh Atho’ Mudzhar, bahwa studi Islam dengan pendekatan sosiologis dapat mengambil tema.
            Pertama . Studi tentang pengaruh agama trhadap masyarakat atau lebih tepatnya pengaruh agama terhadap perubahan masyarakat
Kedua . Studi tentang pengaruh struktur dan perubahan masyarakt terhadap pemahaman ajaran atau konsep keagamaan.[8]
Sementara Edgard F. Borgetta dan Marie L, Borgotta mengatakan kita pada tiori pilihan rasional agama yang ada dasarnya bersandar pada pengamatan masyarakat Kristen di Barat.[9]
Dari definisi yang penulis kemukakan diatas maka penulis berasumsi bahwa watak dan kecenderungan dalam pendekatan sosiologis adalah
1.      Mengamati  pengaruh pemikiran dalam agama terhadap perubahan masyarakat
2.      Mengamati  perubahan masyarakt terhadap pemahaman ajaran atau konsep keagamaan
3.      Sosiologis cenderung mengamati kejadian-kejadian yang terdpat dalam masyarakat
d. Kekuatan dan Kelemahan yang menandai pendekatan sosiologi dalam pengkajian Islam.
Kelemahan dari pendekatan ilmu sosial adalah kecenderungan mengkaji manusia dengan cara membagi aktivitas manusia ke dalam bagian-bagian atau variabel yang deskrit, akibatnya, seperti yang dapat dilihat, terdapat ilmuwan sosial yang mencurahkan perhatian studinya pada perilaku politik, interksi sosial dan organisasi sosial, perilaku ekonomi, dan lai sebaginya. Sebagai akibat  lebih lanjut dari kelemahan ini, muncul dan dikembangkan metode masing-masing bidang atau aspek, kemudian berdirilah fakultas dan jurusan ilmu-sosial di beberapa universitas . Fakta tersebut membuktikan bahwa telah terjadi fragmentasi pendekatan dan terkotaknya konsepsi tentang manusia.
C.KESIMPULAN
1. Studi Islam adalah kajian tentang agama Islam dan aspek-aspek dari kebudayaan dan masyarakat muslim.
2. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari manusia dan interaksi manusia dengan manusia lain, interaksi seseorang individu dengan individu yang lain, atau individu dengan kelompok masyarakat, masyarakat dengan masyarakat, pemimpin dengan rakyat, rakyat dengan rakyat serta organisasi dengan organisasi.
3. Menurut Jalaudin Rahmat, aspek Muamalah (sosial) jauh lebih luas dan dipentingkan daripada ibadah (ritual), karena beberapa alasan diantaranya :
Pertama, dalam al-qur’an atau kitab-kitab hadits, proporsi terbesar dalam kedua sumber hukum tersebut berkenaan dengan masalah sosial (muamalah).
Kedua,  adanya kenyataan jika urusan ibadah bersamaan waktunya dengan urusan muamalah yang sangat penting, maka ibadah boleh diperpendek atau ditangguhkan (tentu bukan ditinggalkan).
Ketiga,  ibadah yang mengandung segi sosial kemasyarakatan, diberipahala yang lebih besar daripada ibadah yang dilakukan perseorangan.
Keempat, jika urusan ibadah dilakukan tidak sempurna atau batal karena melakukan pantangan tertentu, maka kifaratnya adalah melakukan sesuatu yang berhubungan dengan muamalah.
4. Ciri-ciri dari pendekatan ilmu sosiologis dalam studi islam sangatalah sulit. Hal ini disebabkan karena beragamnya pendapat di kalangan ilmuwan sosial sendiri tentang validitas kajian yang mereka lakukan. Ciri utama pendekatan ilmu sosial adalah pemberian definisi yang tepat tentang wilayah telaah mereka, salah satunya bahwa perilaku manusia mengikuti teori kemungkinan (possibility) dan objektivitas.
5. Ciri-ciri Struktur sosial menurut Abdulsyani. ada 5 yaitu :
a.       Struktur sosial mengacu pada hukum-hukum sosial yang pokok yang dapat memberikan bentuk dasar pada masyarakat.
b.      Struktur sosial mencakup semua hubungan sosial antara individu-vindividu pada saat tertentu.
c.       Struktur sosial merupakan seluruh kebudayaan masyarakat yang dapat dilihat  dari sudut pandang teoritis.
d.      Struktur sosial merupakan realitas sosial yang bersifat statis atau kenyataan yang membeku.
6. Watak dan kecenderungan dalam pendekatan sosiologis adalah
a. Mengamati  pengaruh pemikiran dalam agama terhadap perubahan masyarakat
b.  Mengamati  perubahan masyarakt terhadap pemahaman ajaran atau konsep keagamaan
c.  Sosiologis cenderung mengamati kejadian-kejadian yang terdpat dalam masyarakat
7. Kelemahan dari pendekatan ilmu sosial adalah kecenderungan mengkaji manusia dengan cara membagi aktivitas manusia ke dalam bagian-bagian atau variabel yang deskrit, akibatnya, seperti yang dapat dilihat, terdapat ilmuwan sosial yang mencurahkan perhatian studinya pada perilaku politik, interksi sosial dan organisasi sosial, perilaku ekonomi, dan lai sebaginya. Sebagai akibat dari lebih lanjut dari kelemahan ini, muncul dan dikembangkan metode masing-masing bidang atau aspek, kemudian berdirilah fakultas dan jurusan ilmu-sosial di beberapa universitas.





















DAFTAR PUSTAKA


Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2009.

Abdulsyani, Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan, Jakarta, Bumi Aksara, 2002,

Atho’ Mudzhar, Pendekatan Sosiologis dalam Islam, Yogyakarta, Tiara Wacana, 2000.

Edgard F. Borgotta & Marie L. Borgotta, Encyclopedia of Sociology, New York McMillan Publishing Company, 1992 .

Hassan Shadily, Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia, Jakarta : Bina Aksara, ,1983.

Jalaludin Rahmat, Islam Alternatif, Mizan Bandung, 1994.

Muhammad Aiz, Pengantar Islamic Studies (Kajian Islam), didownload dari http: //muhamadai.com// pada tanggal 19 September 2010.

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : CV Rajawali, 1982.

Syamsuddin Abdullah, Agama dan Masyarakat Pendekatan Sosiologi Agama, Jakarta, Logos Wacana Ilmu, 1997.


















[1] Muhammad Aiz, Pengantar Islamic Studies (Kajian Islam), didownload dari http: //muhamadaiz.com// pada tanggal 19 September 2010.
[2] Hassan Shadily, Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia, Jakarta : Bina Aksara, 1983, cet IX, p. 1
[3] Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : CV Rajawali, 1982, cet I, p. 18
[4] Syamsuddin Abdullah, Agama dan Masyarakat Pendekatan Sosiologi Agama, Jakarta, Logos Wacana Ilmu,1997, p.13
[5] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2009, p. 39
[6]  Jalaludin Rahmat, Islam Alternatif, Mizan Bandung, 1994, p. 48
[7] Abdulsyani, Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan, Jakarta, Bumi Aksara, 2002,  p. 68
[8] Atho’ Mudzhar, Pendekatan Sosiologis dalam Islam, Yogyakarta, Tiara Wacana, 2000,p. 30
[9] Edgard F. Borgotta & Marie L. Borgotta, Encyclopedia of Sociology, New York McMillan Publishing Company, 1992,p . 342